Akhirnya (lho kok langsung akhir?), saya memutuskan buat membahas soal kimia analisis untuk tantangan ODOA (satu hari satu artikel) kali ini, karena saya kesulitan menemukan blog berisi materi kimia analisis, pun ketemu satu-dua hanya membahas materi-materi sekolah.

Berbeda dengan blog teknologi informasi atau dunia komputer yang biasanya berisi tips/trik atau hacking (bukan dalam artian bodoh tentunya).

Entah kenapa, mungkin memang karena kimia analisis itu sendiri terlalu baku sehingga enggak banyak yang bisa diulik, misalnya saja ketika kita akan menggunakan pereaksi kimia dengan konsentrasi berbeda (lebih pekat/lebih encer) dengan prosedur maka diwajibkan dilakukan validasi.

Atau jangan-jangan karena analis kimia itu pekerjaan bergaji kecil sehingga mereka enggak punya waktu buat ngulik dan kemudian mendokumentasikan ulikannya.

Atau lagi saya kurang gaul. Semoga ada pembaca yang membuktikan ke-kurang-gaul-an saya ini dengan memberikan tautan blog berisi materi kimia analisis di bagian komentar.

😁

Untuk memulai tema baru (lagi-lagi dan lagi) ini saya akan mulai dari hal fundamental atau mendasar yaitu menimbang.

Sama seperti di sekolah dulu. Menimbang merupakan keahlian yang pertama diajarkan pada para calon analis kimia. Petualangan menegangkan yang saya bayangkan saat membaca buku profil SMAKBO dengan kosa katanya yang super asing, Gravimetri katanya, Volumetri katanya, Proksimat, Spektrofotometri, Chromatografi, asing, asing, benar-benar asing dan terdengar luar biasa, saya merasa seperti Bilbo Baggins (padahal manuskrip mbah Tolkien ini belum disulap jadi buku saat itu πŸ˜‚) yang selalu hidup tentram di gua-nya dan kemudian datang para Kurcaci bercerita petualangan-petualangan hebat mereka satu-satu, tapi itu belum semua, yang terasing saya simpan di akhir buat bikin kamu kaget, yaitu β€œmeniup kaca”.

Ya petualangan yang tedengar hebat (dan memang hebat) itu ternyata dimulai dari menimbang menggunakan neraca analitik mekanik nan antik dengan jarum bergoyangnya yang dapat menggoyang takdir para analis muda!

...

Bahasan kita kali ini adalah β€œbobot terkecil dalam menimbang”.

Beberapa hari lalu saya mengikuti sebuah presentasi dari Mettler Toledo di tempat saya bekerja. Topiknya adalah GWP (Good Weighing Practice) yaitu suatu metoda terstandar dari Mettler Toledo dalam hal pengoperasian, kalibrasi, dan pemilihan alat timbang. Di sini saya baru tersadar bahwa bobot minimal β‰  kemampuan baca dari timbangan. Bodoh memang. Mungkin saya sibuk memperhatikan teman kelas saya saat guru saya mengajarkan hal ini. YKWIM.

Kemampuan Baca

Kemampuan baca atau disebut juga Readablility, Resolution, Scale Division, Scale Interval, Increment, Digit, d, adalah perubahan terkecil yang mampu di deteksi timbangan dan ini (sayangnya) tidak menunjukkan bobot terkecil yang boleh kita timbang menggunakan neraca/timbangan tersebut. Di bawah ini adalah contoh nilai d yang tertera pada neraca :

Hoo..Sartorius terlihat lebih teliti dalam menulis nilai d beliau membedakan nilai d berdasarkan bobot timbang. Yaa.. atau tuan Mettler Toledo lebih stabil dalam membaca, beliau istiqomah memberi nilai d di tiap bobot penimbangan. Ruarr Biasa. Maksudnya saya luar biasa enggak tau apa-apa.

πŸ˜’

Bobot Minimal

Untuk mengetahui bobot minimal yang dapat ditimbang pada suatu neraca membutuhkan sebuat perjalanan panjang yang enggak mungkin saya bahas (karena saya enggak tahu 😎) secara mendetil. Berikut adalah persamaan untuk memperoleh nilai bobot minimal : Bobot Terkecil dalam Menimbang

$$M~min~ = \frac{2*sd}{toleransi}$$

Jadi perjalanan panjang kita yang pertama adalah memperoleh Standar Deviasi ( sd ) atau simpangan baku dari alat melalui proses kalibrasi. Kemudian dilanjutkan ke petualangan memperoleh toleransi, yaitu ketetapan berdasar tingkat kepercayaan dari hasil penetapan ketidakpastian ( U ), saya biasanya menggunakan tingkat kepercayaan 95% sehinggga nilai U=5%, tapi saya kurang ingat ini merujuk ke mana. Maaf.

πŸ˜”

Contoh Kasus

Suatu penetapan kadar Minyak dalam Amoniak dihitung berdasarkan persamaan $ppm Minyak = \frac{B~residu~*10^6*1,004}{V~spl*0,682}$ . Dengan Volume sampel (V spl ) sebanyak 1000ml setelah diektrak dan didehidrasi, diperkirakan diperoleh kadar Minyak sebesar βˆ“ 1ppm. Pertanyaanya : Bolehkah kita menggunakan neraca dengan spesifikasi gambar di atas?

😨

Sampai jumpa tahun depan!!


Ok buat menjawab pertanyaan di atas kita butuh beberapa informasi tambahan, yaitu bobot residu yang akan ditimbang, simpangan baku dan ketidakpastian, untuk simpangan baku bisa kita misalkan sebesar kemampuan baca (0,01 baik pak Sartorius maupun bung Mettler milik kita tadi) dan untuk ketidak pastian kita gunakan sebesar 5% (dalam farmasi digunakan U=0,1%)

$$mg Residu = \frac{ppm Minyak*V~spl*0,682*1000}{10^6*1,004}$$
$$mg Residu = \frac{1*1000*0,682*100}{10^6*1,004}$$
$$mg Residu = 0,68$$

Kemudian kita cari M min neraca.

$$M~min~ = \frac{2*0,01}{0,05}$$
$$M~min~ = 0,4mg$$

Alhamdulillah ternyata kita belum butuh neraca super canggih dan pastinya super mahal.Dengan catatan kadar Minyak yg dianalisa tidak boleh lebih rendah dari 1ppm dan toleransi yang diberikan 5% alias derajat keyakinan 95%.

Referensi :

https://t.me/halamanbelakang http://www.mt.com/de/en/home/microsites/good_weighing_practice.html http://ffebri188.blogspot.co.id/2015/11/throwback-kelas-10.html ← Pinjem foto neracanya yah dek 😁 https://almegasejahtera.files.wordpress.com/2011/03/minweight2009-vol-1-send.pps