Malam ini memang malam yang pas buat mengenang beliau. MU menang dan saya menulis artikel kimia di malam yang masih masuk hitungan hari libur, ya walau sekarang malam Senin dan bukannya malam Minggu. Dua hal yang sering beliau singgung.

Masih jelas tergambar saat “Bapakku” - almarhum guru, fondasi dasar saya belajar memahami kimia analisis saat sekolah dulu - mencoba dengan giat menghujam pemahaman pada muridnya, berulang, berkali, mungkin karena dia tahu ada muridnya yang malas plus bebal di kelas. Ya saya orangnya.

“Anakku, dalam belajar kita harus memahami” katanya (versi ingatan saya tentunya).

Mungkin karena malah terlihat bingung, beliau pun mengambil spidol, menulis kata “study” dan “learn” di papan putih. Kami pun tetiba berganti kelas menjadi kelas bahasa Inggris. Guru senior kami ini memang punya seribu ilmu. Kimia (banyak cabangnya) - Bahasa - English - Filosofi - bahkan Germany dan Dutch, dapat tersubtitusi satu sama lain di jam pelajaran yang sama.

Jika diterjemahkan ke bahasa, kedua kata tadi memang memiliki arti yang sama yaitu belajar. Tetapi jika ditelaah lebih lanjut kata “learn” memiliki makna lebih dalam, “learn” adalah proses untuk mendapatkan kemampuan. Memahami. Dimana kita tidak cuma belajar dan kemudian tahu bahkan hafal, “learn” menjadikan pengetahuan itu jadi bagian dari diri kita sendiri.

Enggak gampang hilang sama seperti organ tubuh. Walau sudah sibuk dengan urusan dunia dengan motor dan gear-nya yang berjalan terlalu cepat dan terlalu bising, kta enggak akan lupa cara mengendarai sepedah setelah berhasil “learn” mengendarainya walau lampau dua dekade lalu.

Berbeda dengan ketika kita “study” mengenai wanita. Bah! analogi ekstrim. Walau kita “study” dua dekade penuh belum tentu kita telah “memahami”.

Sulit? Pasti! Tapi itulah yang beliau tagih pada setiap murid setiap dalam pengajarannya.

...

Kali ini kita coba memahami gst yaitu Gram Setara atau grek alias Gram Ekivalen. Agak sulit menerjemahkan gst ini karena “setara” atau “ekivalen” tergantung dari konteks, setara dalam reaksi asam-basa berbeda dengan setara dalam reaksi oksidasi-reduksi. Jika mau gampang gst adalah perbandingan antara bobot molekul dengan valensinya. \[gst =\frac{bobot molekul}{valensi}\]

Gst ditemukan untuk mempermudah perhitungan stoikiometrik dalam Titrimetri, dimana volume larutan tidak terukur, berbeda dengan Molaritas dimana volume larutan tepat terukur. Pada titik kesetaraan jumlah mol analit dan titran mungkin sama mungkin juga enggak. Kadang saya masih menemukan orang atau buku teks yang menggunakan mol untuk menghitung kadar dalam suatu kesetaraan Kimia. Bahkan dalam buku teks Underwood terdapat catatan kaki yang berbunyi :

subbab ini (berat ekivalen) dapat diabaikan apabila pengajar memilih tidak menjelaskan ekivalen dan normalitas

Salah? Enggak sih, cuma agak aneh atau mungkin cuma berbeda pemahaman dengan saya atau bahkan jangan-jangan saya belum memahami apa-apa.

😳

Kita lihat reaksi di bawah ini yuk :

\(HCl + NaOH → NaCl + H_2O\) \(H_2SO_4 + 2NaOH → Na_2SO_4 + 2H_2O\)

Dapat dilihat bahwa 1 mol HCl bereaksi dengan 1 mol NaOH, sedangkan 1 mol H2SO4 bereaksi dengan 2 mol NaOH. Ini lah kelemahan menggunakan sistem molar, kita harus melengkapi reaksi, ini tidak terjadi bila kita menggunakan sistem ekivalen.

...

Bersambung aja yah..

😵

Ternyata bisa dikatakan berlebihan kalau mahasiswa teknik informatika menulis artikel kimia, saya jadi penasaran bagaimana jika sebaliknya?

Referensi :

https://t.me/halamanbelakang