Awal tahun masehi, yaitu sistem penanggalan yang masih paling nge-tren saat ini kok rasanya pada rame nulis cita-cita, resolusi, atau sekedar kilas balik ke tahun semakin 2017 yang udah lewat.

Kan si aku jadi pengen juga.

Walau enggak ada yang seru buat ditulis mengenai ketiga hal tadi. Seperti selalu, semua berjalan dengan penggenapan dari Allah. Karena jelas strategi bertahan hidup saya ganjil, abstrak, absurd! Rasanya kalau bukan karena kasih dan sayang dari Sang Maha Pengasih dan Penyayang mustahil saya bertahan hidup. Apalagi menaungi 3 hidup lain seperti saat ini. Anak-anak dan istri saya.

وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ الَّذِيْۤ اَنْقَضَ ظَهْرَكَ

Dan juga doa orang tua yang keterlaluan hebatnya. Buat kamu yang mentok dalam hidup coba ingat kapan terakhir kali minta doa ke emak?

Menilik resolusi tahun lalu. Kalau enggak salah ingat salah satunya adalah lulus kuliah biar bisa ikut tahsin alias kelas perbaikan bacaan Al-Quran.

Yang ternyata berhasil terwujud saudara! Sampai saya cetak tebal tuh saking bahagianya. Ya walau setengah bait aja terwujudnya. Karena saya memutuskan sok keren seperti para pemberontak muda pengubah arus zaman yang kebanyakan drop out.

Jadi saya hanya mewujudkan ujungnya saja dari “lulus kuliah - ikut tahsin”.

😔

...

OK bahasan kita kali ini yaitu “Meraba Kecukupan Nutrisi Tanaman dalam Tanah”.

Beberapa waktu lalu saya pernah menulis cara membayangkan kandungan mineral dalam tanah lewat pH. Walau banyak yang dapat kita tarik dari informasi pH tersebut, tapi kita hanya mengira kandungan mineral tersebut secara kualitatif, dan teramat kasar juga.

Kali ini setelah sukses membayangkan kita akan coba meraba. Yaitu mengira kandungan mineral-mineral tadi secara kuantitatif. Bahasa sederhananya kita coba mengukur jumlah/kadarnya. Dengan catatan yang masih sama yaitu ini merupakan tehnik kira-kira dan teramat kasar.

Alat yang akan kita gunakan kali ini juga masih dengan prinsip elekrokimia (bukan cabang ilmu kimia yang paling saya cintai) yaitu Konduktometer.

Prinsip yang digunakan untuk mengetahui kadar nutrien dalam tanah ini yaitu bahwa konduktivitas atau daya hantar listrik dipengaruhi oleh banyaknya ion.

Ini mungkin cara paling mudah, murah dan cepat buat mencari tahu apakah kita sudah cukup ngasih pupuk atau belum. Pertanyaan yang paling sering saya liat di forum berkebun. Kehawatiran yang ada di tiap qalbu tukang kebon seperti saya.

Walau sebenarnya ada yang lebih menarik yaitu tehnik MOET. Ditambah lagi, konduktometri (istilah metode analisis yang akan kita gunakan) tidak selektif ion. Jadi kadar yang kita peroleh belum tentu merupakan nutrisi yang bermanfaat buat tanaman.

Alat

  • Konduktometer
  • Neraca
  • Magnetic stirrer (gak wajib)
  • Gelas piala (gak wajib)
  • Gelas ukur (gak wajib)

Bahan

  • Cuplikan tanah yang mewakili
  • Air demin

Cara kerja

  1. Timbang sample tanah ke dalam gelas piala (beaker glass)

  2. Tambahkan demin dengan perbandingan tanah:air = 1:5

  3. Aduk selama 1 menit buat mengekstrak mineral dalam tanah, kemudian enapkan

  4. Ukur EC dengan konduktometer

Gampang kan? Ini bukan metode standar sih. Sengaja saya kurangi supaya bisa dipraktekin di luar laboratorium alias rumah pembaca yang budiman di luar sana.

Buat evaluasi hasil analisa, standar tanah dikatakan subur yaitu jika memiliki konduktivitas antara 500 - 3000 uS/cm.

Anehnya, ternyata media tanam @halamanbelakang yang saya analisa termasuk kurang subur. Ah. Ini mungkin karena saya mulai beralih menjadi petani organik.

Assalamualaikum!

Referensi

http://blog.hannainst.com/soil