Walau bukan anak PA (bukan pendek akal ya) gini-gini saya pernah beberapa kali mendaki gunung.

Setiap mendaki gunung - sambil memunguti berbagai macam benih - saya selalu terheran-heran kok bisa ya tanpa tukang kebun yang memupuk dan menyiram air, jutaan tanaman tumbuh subur di sana. Dari semak kecil sampai pohon raksasa tumbuh akur berdempet-dempetan.

Kalau kamu bilang “karena tanahnya subur”, tetep aja misteri gak berhenti di situ, ada pertanyaan lanjutan. Kenapa subur?

Sistem “pertanian permanen” milik hutan ini sebenernya sudah lama ditiru dan dikembangkan. Istilahnya yaitu permakultur. Tapi sepertinya sekarang teknik ini kalah pamor dengan teknik hidroponik.

Salah satu praktik umum permakultur yaitu Hügelkultur. Teknik yang baru saja saya coba di @halamanbelakang dan akan kita bahas di tulisan ini.

Hügelkultur adalah praktik menimbun sejumlah besar kayu di dalam tanah untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air. Kayu yang terdekomposisi akan membentuk struktur berpori yang mampu menyerap air di musim hujan sehingga tanah tidak akan kekeringan di musim kemarau.

Semakin jauh lagi seluruh komponen biomasa yang kita timbun juga akan menjadi nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Misal senyawaan selulosa akan menjadi campuran tidak sederhana humic acids atau yang biasa kita sebut humus. Jadi enggak cuma hemat air kita juga akan hemat pupuk. Dan yang terpenting semua alami, organik, non kimia (buatan).

Saya gak anti bahan kimia sih. Malah ini adalah cabang ilmu kecintaan saya. Tapi karena kebanyakan warga kita masih awam bahkan sering salah kaprah tentang dunia kimia ini, rasanya lebih aman kalau kembali ke cara tradisional.

Oke! Yuk kita intip percobaan pertama saya membuat gunungan agrikultur atau Hügelkultur di @halamanbelakang.

Tapi kok kecil ya..

🤔

Gak ada bukitnya..

😳

Selamat mencoba..

😘

Assalamualaikum!

Referensi

https://t.me/halamanbelakang/