Berawal dari Mulberry saya mulai terobsesi sama jenis buah berkulit lunak. Kemudian menyusul Blackberry dan Raspberry. Sekarang sekitar setahun kemudian akhirnya bisa menambah koleksi lagi. Yaitu si biru alias Blueberry!

Satu tahun. Mungkin perburuan terpanjang saya. Karena harganya yang masih kelewat tinggi waktu itu. Yaitu di kisaran 1 juta ke atas. Bandingkan dengan harganya di negeri om Sam yang ada di rentang 6-20 USD.

😭

Ditambah lagi Blueberry masih terbilang langka di tanah air. Satu tahun saya keliling Palembang belum ketemu nursery yang menjual Blueberry. Ngeri juga rasanya kalau beli tanaman seharga itu dari luar pulau.

😰

Tapi nafsu sudah di ubun-ubun. Akhirnya 17 April kemarin Blueberry masuk @halamanbelakang.

😤

Sebelum kita ke “cara menanam Blueberry” saya mau berbagi cerita berbau drama di mendekati akhir perburuan si Beri Biru ini.

Perburuan

Jadi ceritanya, buat mengurangi resiko dan kegalauan di dada, tadinya saya mau survei langsung tanaman pas mudik tahun ini. Tepatnya awal April. Saya (istri saya sih sebenarnya) pun mencari pelapak di Bukalapuk (nama samaran) yang menjual Blueberry di daerah Bogor.

Ketemu lah 3 kandidat kuat (murah maksudnya) yang entah kenapa lokasinya di kelurahan yang sama. Saya sama sekali tidak menyangka kalau ini adalah pertanda takdir amat dramatis telah menanti saya.

...

Berawal dari hujan lebat nan awet saya dan istri serta HilMa terpaksa berteduh di lobi perkebunan Kuntum. Ya rencananya memang mau wisata dulu ke sana sebelum berburu Blueberry. Karena terlanjur banyak waktu habis buat menunggu hujan reda, kami pun memutuskan hanya berburu ke satu nursery. Yang terdekat. Menurut peta gugel. Berjarak 10 menit saja. Masih menurut si peta.

Sayangnya mau secanggih apa pun si peta, masih lebih hebat kang becak. Ternyata jalur yang dipilinkan si peta ditutup karena ada perbaikan.

Saya pun mulai mengabaikan racau-an si peta dan terpaksa mengambil jalur memutar melewati bendungan. Ngeri gilak. Jalurnya sempit. Pas-pasan muat 2 motor. Pagarnya enggak tinggi-tinggi amat dan renggang. Jauh di bawah aliran sungai amat deras dan ribuan batu-batu raksasa. Di depan ratusan pengendara motor lain dengan arah berlawanan. Dan ini pertama kalinya saya bawa motor nyebrang bendungan. Merinding pun gak sempat karena saya bawa anak istri. Kalau terjadi sesuatu. Asli. Konyol.

😨

...

Setelah melewati bendungan ternyata jalannya masih sempit dan entah itu tempat wisata atau apa, ada banyak yang berjualan di sisi jalan. Kompak.

Satu hal yang saya sadari. Ternyata Bogor luas. Belasan tahun saya besar di sana masih banyak tempat yang asing.

Singkat cerita saya ketemu dengan sang pelapak. Yang sialnya bilang “Blueberry-nya ada di tempat kakak saya”, yang menurut beliau gak jauh. Saya terpaksa memacu lagi motor mertua saya. Menuju “tempat yang enggak jauh”.

Sepanjang jalan saya dan istri berbagi kecurigaan yang sama. Yang langsung terbukti benar saat sampai ke tempat “kakak” doi yang ternyata beda ras dengan doi. Di pagar sang kakak terpampang plang “*n*** nursery”. Yang termasuk ke dalam 3 pelapak yang telah saya hubungi di awal. Yang harganya lebih murah tapi lokasinya jauh sehingga saya eliminasi. Etan.

Saya dan istri cuma bisa saling nyengir dan berpandangan aja sama kelakuan saudara sesama ciptaan Allah ini. Kepalang tanggung. Sudah basah mandi sekali. Saya pun susah payah menawar sampai ke harga mendekati harga asli *n*** nursery. Dengan dalih boleh harga “si adik” tapi gratis ongkir.

Karena saya masih lama di Bogor, saya pun menunda transaksi sampai saya balik ke Palembang. Tapi udah deal harga dan milih tanaman.

Walau agak sebal, untungnya saya bisa menahan emosi ke “si adik” karena di jalan pulang dari *n*** nursery hujan turun lagi. Komplit.

Enggak sempat sebal saya pun langsung pesen taksi daring buat anak dan istri. Akhirnya saya di tempat asing, sendirian, naek motor, cuma ditemani si peta yang racau-an-nya kurang jelas akibat hujan. Sekali lagi si peta gak membantu sama sekali.

...

Sesampainya di kota pempek entah kenapa “sang adik” enggak bales pesan saya guna melanjutkan transaksi tertunda. Semoga bukan karena mereka adik-kakak bertengkar.

...

Singkat cerita lagi. Ujung-ujungnya gambling juga beli dari nursery lain tanpa survei langsung.

😔

Bersyukur nursery kali ini bagus, tanaman yang dikirimkan sangat baik.

😚

Hayuk ah langsung ke cara menanam Blueberry!

Menanam Blueberry

Satu keunikan Blueberry yaitu doi suka tanah asam. Berkisar dari pH 4-5. Media yang disarankan yaitu campuran Tanah Merah, Kompos, Sekam dan Peat Moss yang bersifat asam. Sayangnya peat moss mihil. Sebagai ganti konon bisa menggunakan coco peat.

Tapi setelah saya lakukan uji pH, media di atas masih memiliki pH yang terlalu tinggi.

😔

Menurunkan pH

Buat menurunkan pH media/tanah kita bisa menggunakan beberapa bahan berikut :

  • pupuk yang bersifat asam misal pupuk ZA atau Ammonium Sulfat dan Magnesium Sulfat,
  • belerang atau sulfur; sayangnya reaksi enggak langsung terjadi,
  • peat moss; paling bagus kayaknya ini,
  • cocopeat; alternatif peat moss,
  • tawas atau alum; paling murah dan instan nih,
  • ampas kopi; mitos sih ini, karena walau kopi bersifat asam, ampasnya mah udah hampir netral setelah dibilas (diseduh) air panas.

Saya sendiri karena butuh solusi instan dan murah memakai bahan poin ke-4 dan 5. Cocopeat dan Tawas.

Penggunaan tawas yaitu dengan melarutkannya dalam air kemudian disiram ke media. Sebagai acuan awal penggunaan tawas, larutan tawas 10% akan memiliki pH ~3. Jadi kira-kira aja banyaknya menyiram berdasar pH awal media yang mau diturunkan. Setelah disiram larutan tawas cek lagi pH akhir.

Sekian. Terimkasih buat kamu yang udah baca dari atas sampai bawah sini.

🙃

Assalamualaykum!

Referensi :

https://t.me/halamanbelakang

https://www.almanac.com/plant/blueberries